Pesantren adalah tempat santri menambah ilmu pengetahuan dan memperbaiki kualitas dirinya menjadi lebih baik. Di telinga masyarakat, pesantren dikenal dengan tempat yang sangat serat dengan keagamaan, tak heran jika kebanyakan orang akan menjustis baik pada kaum santri hanya dengan mengetahui bahwa dia adalah santri. Namun, apa jadinya jika pesantren yang tujuannya untuk memperbaik kualitas santri, justru dijadikan sebagai sarang berkembangnya aliran sesat yang bahkan sampai mentiadakan moralitas dan nilai-nilai keislaman.
Kali ini kami mencoba membahas secara singkat mengenai pesantren yang baru-baru ini lagi viral, bukan karena prestasi baiknya sebagai pesantren, tapi karena keberhasilannya dalam memperburuk citra pesantren. Pondok Pesantren Al Zaytun menuai polemik panjang mulai dari beberapa waktu yang lalu. Pondok Pesantren yang terletak di Indramayu Jawa Barat itu sering mendapat komentar negatif lantaran banyaknya hal-hal kontroversial yang terjadi di Ponpes itu. Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jabar, Majelis Ulama Indonesia (MUI), hingga beberapa tokoh Islam tanah air turut ikut mengecam ponpes itu.
Lembaga Bahtsul Masail PWNU Jabar, memberikan renspon bahwa beberapa kegiatan keagamaan di PP. Al Zaytun itu menyimpang. Salah satunya mengenai alasan mengapa pelaksanaan salat di pondok itu tidak merapatkan shaf yang berdalil al-quran surah Al-Mujadalah ayat 11. Mereka menafsirkan “Tafassahu” dengan merenggangkan shaf dalam salat. Namun hal ini dianggap salah oleh LBM PWNU Jabar bahwa yang dimaksud “Tafassahu” adalah merenggangkan tempat duduk dalam suatu majelis bukan dalam salat. Tidakan Al Zaytun itu juga bertentangan dengan hadis shahih dan konsensus ulama mengenai anjuran merapatkan shaf. MUI juga akan segera mengeluarkan fatwa mengenai permasalahan yang terjadi di PP. Al Zaytun. Namun, Sekretaris MUI Jabar Rafani Achyar mengatakan, bahwa pihaknya masih terkendala beberapa hal. Selain MUI dan PWNU, beberapa ulama Indonesia juga menanggapi persoalan di Al Zaytun dengan tanggapan yang beragam. Seperti Habib Bahar, dan Ust. Abdul Shomad.
Mengenai hal itu, kami merenspon tindakan yang ada di Pondok Pesantren Al Zaytun bahwa memang ada beberapa tindakan yang menyimpang dengan norma Syariat. Beberapa diantaranya bahkan ada yang sampai bisa membahayakan keimanan. Berikut kami akan memaparkan beberapa hal yang paling parah terkait dengan tindakan Al Zaytun.
1. Pimpinan Ponpes Al Zaytun Panji Gumilang adalah orang yang paling banyak mendapat sorotan lantaran dia adalah yang paling banyak mengucapkan kata-kata kontroversial, salah satunya ungkapannya yang menyatakan bahwa al-quran bukan dari Allah, namun berasal dari Nabi Muhammad. “Bukan kalam Allah SWT, tapi kalam Nabi Muhammad yang didapat dari wahyu," ujarnya. Dengan perkataan “Bukan dari Allah” ini sudah bertentangan dengan al-quran itu sendiri. Banyak sekali ayat-ayat al-quran yang menyatakan bahwa al-quran itu dari Allah. Dalam Al-quran disebutkan “Dan jika seorang di antara orang-orang Musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah (al-quran), kemudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui” (at-Taubah: 6)
2. Seperti yang diutarakan oleh Sekretaris MUI Jabar, Rafani Achyar, bahwa banyak sekali penyimpangan yang terjadi di Ponpes itu, salah satunya adalah zina itu boleh, asal ditebus. Mengenai hal ini, tanggapan kami adalah bahwa zina itu kalau dibawa pada konsep Ushul Fiqihnya masuk pada istilah Qoth’iyu ad-Dilalah. Artinya hukum keharaman zina itu sudah pasti dan tidak dapat diulik-ulik lagi. Selain itu, juga ada konsensus ulama. Sehingga, kalau mengutarakan pendapat yang berbeda dengan hal itu, ya jelas-jelas salah, bahkan bisa mengkafirkan.
3. Pada hari Kamis tanggal 15 Juni 2023, warga yang resah dengan ajaran dan kegiatan yang ada di Al Zaytun, marah, menggeruduk dan berunjuk rasa di depan PP. Al Zaytun. Namun bukannya mengklarifikasi terkait ajarannya, pengikut Panji Gumilang malah menyanyikan lagu Shalom Aleichem. Lagu berbahasa Ibrani itu adalah lagu yang biasa dinyanyikan oleh kaum Yahudi. Hal ini jelas haram, karena masuk pada “Man tasyabbaha bi qoumin, fahuwa minhum.”
4. Memperbolehkan melaksanakan haji di Indramayu. Salah satu ajaran yang diajarkan oleh PP. Al Zaytun adalah boleh melasksanakan haji di PP. Al Zaytun. Berdasarkan ajarannya, para santri PP. Al Zaytun tidak perlu jauh-jauh ke Mekah untuk melaksankan haji, mereka hanya perlu mengunjungi Al Zaytun pada tanggal 1 Muharram dan melaksanakan ibadah haji di sana. Jelas ini parah sekali. Dalam ayat al-quran disebutkan:
فِيْهِ اٰيٰتٌۢ بَيِّنٰتٌ مَّقَامُ اِبْرٰهِيْمَ ەۚ وَمَنْ دَخَلَهٗ كَانَ اٰمِنًا ۗ وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ
اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًا ۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ
Artinya: "Di dalamnya terdapat tanda-tanda yang jelas, (di antaranya) Maqam Ibrahim. Siapa yang memasukinya (Baitullah), maka amanlah dia. (Di antara) kewajiban manusia terhadap Allah adalah melaksanakan ibadah haji ke Baitullah, (yaitu bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke sana. Siapa yang mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu-pun) dari seluruh alam." (QS. Ali Imran: 97).
Sedangkan yang dimaksud البيت adalah Makah al-Mukarromah tempat yang sangat sentral bagi umat Islam. Sehingga kalau si Panji Gumilang itu memiliki ajaran yang memperbolehkan santrinya untuk haji di Indramayu jelas-jelas salah dan menyimpang dari ajaran Islam.
5. Berikutnya, adalah dirubahnya rukun islam yang pertama yaitu, syahadat. Syahadat Al Zaytun beda dengan syahadat orang Islam pada umumnya. Syahadat kita adalah tiada tuhan selain Allah, kalau Al Zaytun malah tiada negara selain negara islam. Padahal dulu Rasululah bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَإِقَامِ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ، وَصِيَامِ رَمَضَانَ، وَحَجِّ الْبَيْتِ".
lebih lanjut mereka juga beranggapan bahwa barang siapa yang menyampaikan risalah agama maka dia layak untuk disebut nabi. Bahkan mereka dulunya menganggap Panji Gumilang sebagai nabi setelah Rasulullah.
Beberapa hal di atas adalah sebagian penyimpangan yang ada di sana, sebenarnya masih banyak penyimpangan-penyimpangan yang lain, namun sepertinya yang disebutkan di atas sudah bisa mewakili untuk bisa menyandangkan status “Sesat” (menyimpang) pada pondok itu. Beberapa orang beranggapan bahwa pemahaman dan kegiatan yang terjadi di pondok itu hanya ada di ranah furu’iyah saja sehingga masalah keagamaannya tidak terlalu parah. Namun, anggapan semacam ini perlu diklarifikasi lagi, karena permasalahan perubahan rukun islam, haji, sampai mengatakan bahwa al-quran bukan firman Allah! apakah bisa disebut dengan furu’iyah?
Jadi sekali lagi kami tegaskan bahwa segala macam penyimpangan yang ada di sana sudah terlalu parah untuk ditoleransi, kalau memang masuk pada furu’iyah mungkin masih bisa ditoleransi, asalkan belum di konsensus, namun banyak sekali yang berhubungan dengan ushuliyah, sehingga ini bukan permasalahan sederhana.